Manado, 1/2/2023 – Ketua PW Fatayat NU Sulut, Rosdalina Bukido, mengajak kader Fatayat NU Sulut untuk mengikuti seminar tentang politik dan perempuan. Menurut Rosdalina yang sering di sapa Mem Ros, seminar ini bertujuan mendidik dan memberdayakan anggota Fatayat NU Sulut untuk lebih aktif dan terlibat dalam kancah politik.

Seminar yang bertajuk “Membincang Urgensi Partisipasi perempuan dalam Politik: Peluang vs Tantangan” ini dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Fatayat NU dengan Keynote Speaker Ida Fauziyah (Menteri Ketenagakerjaan RI), dan empat narasumber perempuan yang diharapkan menjadi inspirasi kader Fatayat untuk terlibat dan menjadi bagian dalam kontestasi perpolitikan di Indonesia. Empat Narasumber tersebut yaitu Anggia Erma Rini (Politisi dari Partai PKB), Ema Umiyyatul Chusnah (Politisi dari Partai PPP), Lolly Suhenti (Anggota Bawaslu RI), dan Masruchah (Aktivis Perempuan).
Ida Fauziah selaku, keynote speaker menekankan bahwa sebagai komponen, perempuan harus mengambil peran. Kader Fatayat NU dapat menjadi bagian dari gerakan politik bangsa dan negara, hal ini karena apapun yang kita lakukan itu, sudah jelas bahwa saat ini politik telah menjadi salah satu pilar demokrasi.
Hal ini diamini oleh Rosdalina, bahwa perempuan dalam politik tidak hanya diperlukan tetapi juga penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik untuk semua. Ia menyatakan bahwa perempuan memiliki keunikan cara pandang dan pendekatan penyelesaian masalah yang berbeda dengan laki-laki, dan keragaman ini dibutuhkan dalam arena politik.
Seminar ini berfokus pada berbagai aspek politik dan perempuan, antara lain pentingnya partisipasi politik perempuan, peran perempuan dalam pengambilan keputusan politik, dan tantangan yang dihadapi perempuan dalam politik.
Rosdalina juga menyoroti bahwa kontestasi politik tidak hanya terbatas pada pemilu, tetapi juga mencakup formulasi dan implementasi kebijakan. Ia mendorong kader Fatayat NU Sulut untuk mengikuti segala bentuk kontestasi politik, termasuk mengikuti program-program yang mendukung pemerintah dan melakukan kampanye advokasi terkait pentingnya keterlibatan perempuan dalam pemilu.
Ketua PW Fatayat NU Sulut menegaskan, partisipasi politik perempuan bukan hanya hak, tapi juga tanggung jawab. Ia mengatakan bahwa perempuan memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan komunitas mereka dan negara secara keseluruhan, dan berpartisipasi dalam politik adalah salah satu cara untuk memenuhi tanggung jawab ini.
Seminar tentang politik dan perempuan ini merupakan langkah krusial untuk memberdayakan kader Fatayat NU Sulut agar lebih aktif dan berkiprah di kancah politik. Dengan mengikuti seminar ini, kader Fatayat NU Sulut dapat memperoleh wawasan dan ilmu berharga yang akan membantu mereka menjadi lebih efektif dan berpengaruh di ranah politik.
Indonesia memiliki banyak potensi untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan hal tersebut diantaranya masih adanya pandangan stereotip tentang peran perempuan dalam politik dan masyarakat secara umum, kurangnya akses dan sumber daya yang tersedia bagi perempuan untuk terlibat dalam politik, dan adanya diskriminasi dan intimidasi terhadap perempuan yang terlibat dalam politik.
Meskipun demikian, tentu saja banyak peluang untuk perempuan agar tetap optimis untuk terlibat dalam perpolitikan di Indonesia dimana pertumbuhan pemahaman tentang pentingnya gender equality dalam politik, ada peraturan yang menjamin kuota perempuan dalam pemilu, seperti UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemberian Kuota Posisi Tertentu bagi Perempuan, terdapat organisasi-organisasi perempuan yang berfokus pada peningkatan partisipasi politik perempuan, adanya generasi muda yang lebih terbuka dan memperjuangkan peningkatan partisipasi perempuan dalam politik, ujar Rosdalina. Untuk itu diperlukan kerja sama dan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, partai politik, organisasi perempuan, dan masyarakat. Partisipasi perempuan dalam politik harus diakui sebagai bagian yang penting dari demokrasi dan pembangunan yang inklusif.
bincang Urgensi Partisipasi perempuan dalam Politik: Peluang vs Tantangan” ini dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Fatayat NU dengan Keynote Speaker Ida Fauziyah (Menteri Ketenagakerjaan RI), dan empat narasumber perempuan yang diharapkan menjadi inspirasi kader Fatayat untuk terlibat dan menjadi bagian dalam kontestasi perpolitikan di Indonesia. Empat Narasumber tersebut yaitu Anggia Erma Rini (Politisi dari Partai PKB), Ema Umiyyatul Chusnah (Politisi dari Partai PPP), Lolly Suhenti (Anggota Bawaslu RI), dan Masruchah (Aktivis Perempuan).
Ida Fauziah selaku, keynote speaker menekankan bahwa sebagai komponen, perempuan harus mengambil peran. Kader Fatayat NU dapat menjadi bagian dari gerakan politik bangsa dan negara, hal ini karena apapun yang kita lakukan itu, sudah jelas bahwa saat ini politik telah menjadi salah satu pilar demokrasi.
Hal ini diamini oleh Rosdalina, bahwa perempuan dalam politik tidak hanya diperlukan tetapi juga penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik untuk semua. Ia menyatakan bahwa perempuan memiliki keunikan cara pandang dan pendekatan penyelesaian masalah yang berbeda dengan laki-laki, dan keragaman ini dibutuhkan dalam arena politik.
Seminar ini berfokus pada berbagai aspek politik dan perempuan, antara lain pentingnya partisipasi politik perempuan, peran perempuan dalam pengambilan keputusan politik, dan tantangan yang dihadapi perempuan dalam politik.
Rosdalina juga menyoroti bahwa kontestasi politik tidak hanya terbatas pada pemilu, tetapi juga mencakup formulasi dan implementasi kebijakan. Ia mendorong kader Fatayat NU Sulut untuk mengikuti segala bentuk kontestasi politik, termasuk mengikuti program-program yang mendukung pemerintah dan melakukan kampanye advokasi terkait pentingnya keterlibatan perempuan dalam pemilu.
Ketua PW Fatayat NU Sulut menegaskan, partisipasi politik perempuan bukan hanya hak, tapi juga tanggung jawab. Ia mengatakan bahwa perempuan memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan komunitas mereka dan negara secara keseluruhan, dan berpartisipasi dalam politik adalah salah satu cara untuk memenuhi tanggung jawab ini.
Seminar tentang politik dan perempuan ini merupakan langkah krusial untuk memberdayakan kader Fatayat NU Sulut agar lebih aktif dan berkiprah di kancah politik. Dengan mengikuti seminar ini, kader Fatayat NU Sulut dapat memperoleh wawasan dan ilmu berharga yang akan membantu mereka menjadi lebih efektif dan berpengaruh di ranah politik.
Indonesia memiliki banyak potensi untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan hal tersebut diantaranya masih adanya pandangan stereotip tentang peran perempuan dalam politik dan masyarakat secara umum, kurangnya akses dan sumber daya yang tersedia bagi perempuan untuk terlibat dalam politik, dan adanya diskriminasi dan intimidasi terhadap perempuan yang terlibat dalam politik.
Meskipun demikian, tentu saja banyak peluang untuk perempuan agar tetap optimis untuk terlibat dalam perpolitikan di Indonesia dimana pertumbuhan pemahaman tentang pentingnya gender equality dalam politik, ada peraturan yang menjamin kuota perempuan dalam pemilu, seperti UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemberian Kuota Posisi Tertentu bagi Perempuan, terdapat organisasi-organisasi perempuan yang berfokus pada peningkatan partisipasi politik perempuan, adanya generasi muda yang lebih terbuka dan memperjuangkan peningkatan partisipasi perempuan dalam politik, ujar Rosdalina. Untuk itu diperlukan kerja sama dan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, partai politik, organisasi perempuan, dan masyarakat. Partisipasi perempuan dalam politik harus diakui sebagai bagian yang penting dari demokrasi dan pembangunan yang inklusif.
FH-Bidang Penelitian dan Pengembangan FW Fatayat NU Sulut
No responses yet